Thursday, March 13, 2008

Putaran yang Tertahan.

Jalan raya ini makin hari terasa makin sempit, tak mampu lagi menampung tumpah ruahnya kendaraan. Tiap detik, makin banyak kendaraan yang datang, membuat antrian panjaaaang , entah dimana kepala dan ekornya. Macet!

Di Qatar jumlah mobil memang lebih banyak dari jumlah nyamuk ( kalo ga percaya, silahkan itung sendiri).Ayah pergi ke kantor, ibu pergi ke arisan ( ibu-ibu arab suka arisan ga ya?), dan anak2 pergi ke sekolah semua menggunakan mobil sendiri-sendiri.

Ditengah kemacetan ini,Seorang anak kecil berwajah jelita khas arab berjingkrak-jingkrak di belakang jok supir, lalu ia menengok kekaca belakang dan kekaca jendela pintu samping, ia tersenyum, senyum yang sulit dilupakan...

Entah apa yang membuatnya tersenyum, saya hanya bisa menduga-duga.

Mungkin ia tersenyum karena melihat mobil yang penutup mesinnya sudah tak rapat, nampak seperti bibir Donald Bebek atau seperti bibir penyanyi rock legendaris Mick Jagger, memble !!!.

Atau karena melihat supirnya yang mengunakan topi Aladin, yang wajahnya mengkerut sambil sesekali memeras jidat dengan tangannya. Gadis kecil ini mengira, sang supir sedang main pantomim, padahal supir itu sedang setres luar biasa karena kemacetan ini.

Atau karena mobil dibelakang mobilnya, yang menyalakan lampu signal kekanan lalu kekiri, terus menerus begitu. Supir mobil itu jelas gelisah , ia selalu ingin berpindah jalur yang lebih lancar menurutnya .Bagi si anak mungil itu lampu-lampu signal itu dianggap tanda mengajaknya main tebak-tebakan, kekakan atau kekiri.

Suara kelakson dari mobil belakang dibunyikan sekeras-kerasnya tak peduli kuping orang lain bisa tuli karenanya, bidadari kecil itu kaget, lalu tertawa, seperti sedang bermain dor-kaget dengan tantenya.

Wajah yang mengkerut, menguapnya kesabaran, adalah tanda kekalahan melawan kemacetan ini dan suara klakson adalah tangisan putus asa .

Dalam kemacetan seperti ini, tak ada yang dapat menolong kita selain diri kita sendiri, tak ada privilege, tak ada koneksi dan tak ada fasilitas.

Akhirnya kemacetan ini seperti kumpulan manusia di padang Mahsyar. Ada wajah yang tertunduk lesu,ada yang gelisah dan ada juga yang tersenyum seperti bidadari mungil itu.

Saya jadi teringat nasehat Ustad dikampung tentang hari akhir. Beliau pernah berpesan bersiaplah menghadapi hari dimana tak seorangpun dapat menolong kita (QS:Al-Infithar ayat 19) selain prestasi amal ibadah kita ( QS Yunus ayat 9).
Wasalam,
FauzR Doha-Qatar.

No comments: